SHARE

Pancasila Fondasi Bangsa di Tengah Nasionalisme Digital.

Google, Twitter, Facebook, YouTube, TikTok hingga Instagram memungkinkan partisipasi yang lebih luas dalam segala macam wacana. Bahkan di rezim otoriter atau semi-otoriter di mana ada sensor internet, media sosial dapat menyediakan saluran baru untuk ekspresi politik, pemunculan identitas, dan pembangunan komunitas. Wacana-wacana media sosial tak sekadar pertukaran informasi, melainkan pertukaran ideologi dan budaya dari seluruh dunia.

Isu-isu global, seperti perubahan iklim begitu cepat menyebar hingga pelosok negeri melalui media sosial. Demikian dengan isu-isu ideologi global seperti LGBT dan radikalisme mewarnai isi kepala sebagian warga negara. Semua saling berebut pengaruh, merekrut, dan menuntut aksi. Ada yang berhasil. Ada pula yang gagal.

Dengan cepat, perkembangan ini berpengaruh terhadap nasionalisme warga negara. Para ilmuwan sosial memperkirakan perkembangan TIK akan mencerabut akar nasionalisme warga negara menuju kosmopolitanisme. Semua penduduk adalah warga global. Dengan demikian multikulturalisme global terjadi di dunia maya. Ini adalah tantangan yang nyata.

Tanpa antisipasi seluruh pihak, secara perlahan media sosial mampu mengikis nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Riset Microsoft pada 2021 menunjukkan bahwa warga internet (warganet) Indonesia menduduki peringkat 29 dari 32 dalam hal sopan santun di media sosial. Sopan santun adalah cerminan dari nilai Pancasila.

Halaman :
Tags
SHARE