SHARE
1 / 3
2 / 3
3 / 3

istimewa

Meski Nomi menyandang kode sandi 007, toh posisi sentral James Bond tidak akan tergantikan dan Nomi tidak akan tiba-tiba menjadi “Jane Bond”. Lagi pula, “Itu hanyalah sebuah angka,” tegas Nomi kepada Bond dalam sebuah adegan di “No Time To Die”.

Agen Nomi telah membuktikan dirinya bisa berdiri sebagai karakter yang mandiri dan tanpa bayang-bayang imaji “Bond versi perempuan”. Seperti yang telah dikatakan Craig dan penulis naskah Waller-Bridge, menggugat maskulinitas Bond tak perlu muluk-muluk mengubah Bond secara radikal, cukup tampilkan keberagaman dan kedalaman pada pengembangan setiap karakter di sekitar Bond, terutama pada “Bond Girls”.

Terlepas dari warisan maskulinitas ala Barat, bagaimanapun James Bond adalah James Bond. Ia akan hidup dan abadi dengan formula karakteristik Bond dan tegangan perubahan zaman. Adegan penutup “No Time To Die” juga menimbulkan pertanyaan lain bagi penonton; “Jadi, seberapa abadi James Bond itu?”

Dalam konteks perbincangan literatur, karya fiksi pada hakikatnya adalah abadi. Dengan kata lain, karakter James Bond sejatinya telah abadi sejak Ian Flaming menelurkan novel pertamanya, bahkan seandainya waralaba tak lagi memproduksi karya lanjutan tentang Bond—ia akan tetap hidup selama masih ada orang-orang yang menikmati cerita Bond.

Namun, “abadi” juga dapat terkait dengan penggambaran Bond yang selalu ditampilkan berusia serupa di setiap filmnya sejak 1962 hingga kini—belum pernah ada Bond lanjut usia yang tidak lagi gagah.

Dalam hal usia, Bond layaknya dewa abadi yang tak pernah menua, renta, dan tak lagi tertarik merayu perempuan. Ini menjadi pertanyaan lanjutan, seperti apa selanjutnya film Bond ke-26; barangkali ia tetap menjaga maskulinitas Bond dengan mempertahankan “usia abadinya”. Tetapi di sisi lain, Bond juga tak abadi jika mengingat bagaimana “No Time To Die” berakhir.
 

Halaman :
Tags
SHARE