SHARE

Arif Yudistira

Godaan Ekstrimisme

Kalangan lembaga pendidikan Islam di era sekarang memiliki problem kepercayaan. Problem ini muncul saat di lembaga pendidikan Islam hadir tokoh agama yang menyebarkan paham ekstrimisme. Ekstrimisme, kekerasan hingga doktrin perang menjadi momok dan pembunuh bagi berkembangnya madrasah.

Ekstrimisme bisa muncul kapan saja dan dimana saja. Ekstrimisme bukan hanya membuat madrasah jatuh namanya, namun juga membuat madrasah kehilangan nama dan kekuatannya untuk mewujudkan lembaga pendidikan Islam yang inklusif dan berkualitas. Dalam kasus terorisme di Indonesia, kita banyak menemukan bahwa para mantan napi teroris adalah alumnus pendidikan pesantren maupun madrasah.

Masih ada beberapa kelompok tertentu yang mendirikan lembaga pendidikan madrasah yang tidak mau mengadakan upacara bendera, tidak mau hormat bendera dan tidak mau menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya. Problem seperti ini harus bisa disikapi dan diwadahi dalam revisi UU Sisdiknas terbaru.

Godaan ekstrimisme yang muncul dari pemahaman keagamaan yang sempit tidak boleh hadir dan tumbuh dalam madrasah. Para pengelola madrasah dan guru harus memiliki kesadaran dan pemahaman kebangsaan yang utuh agar mereka tidak terjerumus dalam lubang modernisme. Isu seperti ini mesti menjadi perhatian bersama untuk perbaikan madrasah di masa mendatang.

Yaqut Chalil Qoumas dan Nadiem Makarim sudah berjanji akan memastikan hadirnya klausul dan juga pasal yang berkaitan dengan madrasah. Kita berharap eksistensi madrasah dalam revisi UU Sisdiknas membuahkan perbaikan-perbaikan yang makin gemilang.

Sebagai institusi yang ikut serta membangun dan berkontribusi terhadap perkembangan pendidikan kita, madrasah harus mendaptakan tempat dalam dunia pendidikan kita. Selain itu, kita berharap akan terus mengawal RUU Sisdiknas terbaru nanti agar “madrasah” menjadi lebih baik, lebih baik ke madrasah sesuai jargon yang selama ini ada di madrasah.  

Halaman :
Tags
SHARE