SHARE

Ilustrasi (Net)

Saluran ekspresi

Jika menengok sejarah, mural bernada kritikan bukan barang baru di negeri ini. Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, mural dijadikan sarana ekspresi untuk menyampaikan suara hati rakyat yang merindukan kemerdekaan. 

Maka itu, pemerintah seharusnya tidak perlu berlebihan dalam meresponnya, serta tidak perlu takut dengan munculnya mural-mural bernada kritikan.  Ini hanya sebagai saluran ekspresi yang ingin mereka sampaikan atas keresahan-keresahan yang sedang mereka alami.

Selama pandemi Covid-19 para seniman jalanan ini merasakan masyarakat kesulitan dalam mencari nafkah. Sehingga mereka mengungkapkan isi hatinya bahwa mereka dalam kondisi yang sulit. Sedangkan bantuan yang diberikan pemerintah tidak merata.

Tindakan reaktif yang dilakukan pemerintah justru makin memperkuat dugaan bahwa pemerintah saat ini alergi terhadap kritik yang disampaikan oleh rakyatnya. Sebab, setiap kritik yang disampaikan oleh rakyat berakhir dengan pembukaman. Selain itu, tindakan reaktif tersebut juga akan melahirkan kemarahan susulan dari masyarakat yang lebih luas.

Tindakan reaktif hingga resresif ini justru akan merugikan pemerintah sendiri. Kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan semakin luntur, terutama di kalangan anak-anak mudanya. Seharusnya di tengah krisis yang berat ini pemerintah merangkul semua elemen bangsa untuk besatu dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Menjaga demokrasi

Di tengah badai krisis Covid-19 saat ini merawat demokrasi di negeri ini harus tetap berjalan. Jangan sampai  atas dalih krisis suara kritik dari masyarakat malah dibungkam.

Pembungkaman suara rakyat akan menjadikan praktik demokrasi di negeri ini berjalan tidak sehat. Demokrasi yang sehat jika rakyat berpartisipasi aktif dalam menjalankan fungsinya yakni mengawasi, dan mengevaluasi setiap kebijakan politik pemerintah yang salah satunya terkait penanggulangan pandemi.

Halaman :
Tags
SHARE