SHARE

Istimewa

Konsumsi protein hewani di Indonesia

Dwi Listyawardani Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN, menyebutkan pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 konsumsi protein hewani hanya 21,5 gr/kapita/hari. Artinya hanya sekitar 1/3 dari konsumsi protein keseluruhan yang mencapai 62,28 gr/kapita/hari.

Melihat masih rendahnya pemenuhan kebutuhan protein hewani, BKKBN pun mulai menyasar para calon pengantin. Karena ternyata 40 persen calon pengantin perempuan mengalami anemia dan 35 persen lagi dalam kondisi kekurangan energi kronik, ceking.

“Kondisi anemia lalu hamil, itu menjadi awal dari masalah kurang gizi pada bayi,” tegasnya. Melalui program Generasi Berencana yang menyasar remaja, BKKBN membentuk opini bahwa remaja yang sehat itu adalah yang Indeks Massa Tubuhnya >18,5. Artinya memastikan remaja putri dan calon pengantin pemenuhan nutrisi protein hewani merupakan salah satu strategi penting untuk mencegah stunting dari hulu.

Apalagi teknologi fortifikasi pada produksi susu bisa menambahkan zat yang tidak ada atau kurang seperti vitamin A, D, dan Fe (zat besi). Artinya susu bisa menjadi solusi pelengkap untuk mengatasi masalah anemia dan kekurangan gizi kronik yang banyak terjadi di remaja putri.

Selain itu konsumsi susu kini sudah praktis. Bisa diminum tanpa makanan pendamping apapun. "Susu bisa satu saja. Telur misalnya, harus dimasak, tidak mungkin mentah. Kalau produk dari susu tidak usah diapa-apa sudah tinggal dikonsumsi," imbuh Prof. Sandra Fikawati.

Sedangkan pada ibu hamil, kebutuhan akan asam folat sangatlah esensial untuk mengoptimalkan tumbuh kembang janin. Sehingga asam folat pada susu juga akan menjaga sistem kekebalan ibu hamil dan kehamilan yang dijalankan tetap sehat baik untuk janin maupun ibunya.


Halaman :