SHARE

Istimewa

Namun menurut wawancara kantor berita Yonhap pada 2019, Lee menolak untuk memasang kamera keamanan serta secara teratur menghapus sidik jari yang tertinggal di kotak agar orang tua tidak tertangkap dan dihukum. Lee ingin agar perempuan yang melahirkan anak di luar nikah, termasuk korban pemerkosaan, juga memiliki ruang aman dengan memilih untuk menyembunyikan identitas.

Dilema antara dua sisi, antara pemenuhan hak anak dan ibu, itulah yang juga ditunjukkan dalam film “Broker” dengan cara halus tanpa terjebak dalam pandangan hitam-putih. Baik Dong-soo maupun So-young sama-sama mengajukan pertanyaan fundamental.

Dong-soo sebagai laki-laki dewasa yang menyimpan masa lalu kelam selalu mempertanyakan tindakan ibu yang membuang bayinya dan tak memberi kesempatan pada anak-anak terlantar untuk menelusuri identitas aslinya. Sementara So-young harus bergumul dengan stigma “perempuan jahat” di samping dirinya juga mengemban permasalahan-permasalahan rumit.

Ketika mendapat pertanyaan dari detektif mengapa ia harus sampai membuang bayi kalau memang tidak menginginkan mereka, So-young justru mengajukan pertanyaan balik; lantas apakah dirinya harus melakukan aborsi?

Yang menarik, karakter-karakter dalam film “Broker” berkembang sedemikian rupa. Pertanyaan-pertanyaan fundamental itu justru mempertalikan hubungan mereka satu sama lain, termasuk detektif Soo-jin yang berdiri sebagai seorang polisi sekaligus seorang perempuan/ibu yang berempati.

Sejak awal kemunculan ide, Kore-eda sendiri telah membayangkan bahwa cerita akan berjalan dengan perhatian utama pada seorang makelar yang menjual anak-anak dalam kotak bayi namun pada saat yang sama cerita juga menyoroti tentang bagaimana dua perempuan “menjadi ibu” melalui hubungan mereka dengan bayinya.

BROKER-STI-MKT-07

Kehadiran tokoh utama Sang-hyeon di tengah-tengah mereka seolah menjadi penghubung ikatan walau ia tak secara jelas berpihak pada gagasan manapun. Karakternya yang santai sekaligus sangat manusiawi membawa kehangatan tersendiri pada film “Broker”.

Film Korea pertama yang dibuat Kore-eda ini mampu mengemas isu sosial dalam kerangka personal melalui hubungan “keluarga yang di luar konvensional”. Kore-eda sebagaimana lebih dikenal sebagai pembuat film bertema keluarga, menawarkan warna baru dalam eksplorasi hubungan keluarga di luar pertalian darah walau tetap tak meninggalkan gaya penulisan dan penyutradaraan khasnya.

Melalui konsep kotak bayi, Kore-eda ingin film “Broker” membawa pesan yang sampai kepada anak-anak yang dibuang bahwa ‘ada alasan baik mengapa kamu dilahirkan’. Ia tidak ingin berakhir pada lingkaran gelap di mana anak-anak terlantar menyesal karena sudah dilahirkan atau ibu menyesal memiliki anak.

Pesan itulah yang disampaikan Kore-eda melalui dialog pada adegan menjelang penutup; “Terima kasih karena sudah dilahirkan”, begitu ucap So-young dan Hae-jin.

“Dalam pengertian itu, ‘Broker’ adalah film tentang ‘kehidupan',” kata Kore-eda.

Setelah membawa pulang penghargaan di Festival Film Cannes bulan lalu, film “Broker” kini dapat dinikmati dan masih diputar di sejumlah bioskop tanah air.

Halaman :
Tags
SHARE