SHARE

Ilustrasi (Net)

Tanpa pengecualian, pemuda atau mahasiswa, pengangguran, tukang sayur buruh angkut, cendekia bergelar panjang depan-belakang nama, petani kebun, tukang cukur, insinyur mebel silakan terlibat dan bergumul dalam real politik. Sebab jika tidak, maka hukumannya bersiap dipimpin oleh orang-orang bodoh, kata filsuf Yunani, Plato.

Tapi sebentar, seserius apapun itu, sebelum buru-buru malas dengan sindiran ini. Pernah atau seringkah kita membaca sebuah komik?  Aku percaya kita pasti tahu, semua pada komik punya satu kesamaan. Ya! Sama-sama buat tergelitik tawa dan menghibur hati.

Maksudnya kita tinggal cari. Mencolok perbedaan apa antara partai I dengan partai O. Haluan ideologi? Sejenak apa nada kritisismenya pada watak kolonialisme (kondisi sosial kemelaratan, kejahatan, dan kebodohan) negara-bangsa?

Acuan sejarah (platform) yang bagaimana sehingga menggugah (keberpihakan) nasionalismenya sang pemodal pembuat partai? (belum tentu memiliki moral yang baik).

Garis pembeda partai lama apa yang baru, warna? Model jahitan seragam yang norak? Tampil tawar surga ide progresif, yakin? Spektrum (kelamin) politik ekstrem kanan atau sayap kiri?

Sayangnya iman partai baru, alih-alih pikirkan semua pasal penting itu, kecuali beragam ketergesaan kepentingan yang mesti diselundupkan melalui berebut jalan di musim Pileg, Pilpres dan Pilkada. Pesta yang bahkan tak jarang memantik seteru (kekacauan) akibat limbah interpretasi-interpretasi kemelaratan, kejahatan, dan kebodohan tadi. Akibat faksi-faksi mempertengkarkan defisiensi ‘agama-politik’ mewarnai jamannya.

Mutakhir, dan tak heran sebab-musabab temuan survei terbaru. Betapa Parpol organisasi yang sangat tidak dipercaya responden, sungguh ini ironi! Sekaligus juga menjadi tantangan, atau PR (Pekerjaan Rumah) maha besar yang perlu dibereskan.

Singkat kata, adalah berharap pada orde demokrasi yang di amuri Parpol lelucon. Tidak boleh budaya murka marah pada hak konstitusional abstain, gerakan mogok (emoh milih) para golongan putih (Golput). Termasuk jangan sampai ada sindikat rezim membredel sebuah satire. Melainkan harusnya dikonsumsi menjadi refleksi! Lagi pula sebagai penikmat politik, menghargai pendapat bukan???

Terakhir, kepada individu yang cakap. Di dahului mendengarkan radio, tonton televisi, Youtube dan riset kecil lainnya. Mari bung bergabung dan rebut! Rapatkan barisan atau emigrasi ke partai-partai yang siap, gelontorkan kebisaan di sana. Bukan bikin baru lalu di pilih-pilih laiknya (tradisi obral) musim lebaran.

Selamat Idulfitri 2022, rayakan bahagia kemenangan. Selamat bekerja keras berdandan, solek merias diri partai baru. Tempuh waktu singkat 2024, berburu kail simpatik pada barangkali ada masyarakat yang masih ‘bimbang pilihan’ berpartai politik di tahun politik.

Jaka sembung sambung nyawa dengan cukong, berpartai butuh ongkos yang tak terbatas. Jalan satu-satunya adalah jadi opas (istilah kolonial Orba) pemodal. Yakni lagi dan lagi gunakan politik kronis transaksional yang akan menjadi lingkaran setan, terus-menurus entah sampai kapan berujung, sepanjang hukum belum ada yang mengaturnya.

Halaman :
Tags
SHARE