SHARE

istimewa

Sulit rasanya untuk tidak membandingkan film remake dengan versi aslinya yang rilis lebih dari dua dekade silam karya sutradara Kwak Jae-yong, dan dibintangi oleh Cha Tae-hyun dan Jun Ji-hyun.

Indonesia pun bukan satu-satunya negara yang pernah mengadaptasi film ini. Sebelumnya, Amerika, India, China, Nepal, Filipina, bahkan Lithuania juga membuat ulang film Korea tersebut.

Film dari versi Indonesia pun cukup mengingatkan dengan versi aslinya, namun dengan sentuhan lokal yang akrab dengan penonton di Tanah Air. Jika di Korea Selatan kedua tokoh utama bertemu di gonghang cheoldo (kereta bawah tanah), Gian dan Sisi bertemu di KRL.

Bicara soal tokoh utama, bagaimana upaya kedua aktor muda Indonesia ini merepresentasikan kembali dua karakter ikonis dan dicintai oleh penggemar di Negeri Ginseng?

Jefri Nichol sebagai Gian memberikan penampilan yang berbeda dari peran-peran yang ia pernah mainkan sebelumnya. Gian merupakan laki-laki yang "tidak berdaya" dan "sabar", terutama ketika berpasangan dengan Sisi yang dominan.

Bagi Tiara Andini, ini merupakan debut akting layar lebarnya. Untuk penampilan perdana, Tiara bisa dibilang bermain dengan apik untuk menampilkan sisi "menyebalkan" dari Sisi.
 

Kedua aktor muda ini memiliki kemampuan akting yang tidak buruk, apalagi dengan dua watak yang berbeda satu sama lain, yang bisa membuat dinamika hubungan mereka semakin naik-turun. Aksi keduanya pun cukup jenaka, menggemaskan, dan menyenangkan untuk disaksikan.

Hanya saja, rasanya kedua tokoh ini kurang memiliki motivasi yang kuat untuk kemudian membuat penonton memiliki pengertian terhadap pilihan mereka masing-masing.

Terlebih, untuk karakter Sisi yang cukup meledak-ledak dan susah ditebak. Mungkin bagi beberapa orang cukup sulit untuk berempati dengannya dan malah menjadi cukup sukar untuk diikuti. Namun tetap saja, penampilan kedua pemain utama ini patut diapresiasi, dan cocok untuk ditonton oleh penonton remaja dan penggemarnya.

Di sisi lain, "My Sassy Girl" versi Korea merupakan film yang dekat dengan sang sutradara, Fajar Bustomi. Hal itu membuatnya begitu bersemangat dalam menggarap film remake versi Indonesia dengan judul sama tersebut.

Ia menambahkan, kecintaannya akan versi aslinya 21 tahun silam itu membuatnya tertarik untuk menambahkan tafsiran dan unsur kedekatan lebih lanjut kepada penonton.

"Ini seperti membuat film versi sudut pandang dan tafsiran saya. Saya ingin buat 'My Sassy Girl' yang indonesia banget," kata dia baru-baru ini.

Sekarang, mari bicara soal visual. Fajar Bustomi bukan nama asing bagi film-film remaja Indonesia. Sebut saja trilogi "Dilan dan Milea" (2018-2020) hingga "Mariposa" (2020). Tentu, ia memiliki formula tersendiri dalam meracik film ber-genre sama, dan itu terlihat di "My Sassy Girl" versinya.
 

Warna-warna cerah dan keceriaan yang menghiasi layar rasanya memang cocok untuk menceritakan kisah cinta remaja. Sayangnya, hal tersebut tidak bisa menutupi beberapa detail kecil yang terlewat, salah satunya kontinuitas (continuity) adegan.

Memang, ini bukan hal yang besar, namun, cukup mengejutkan bagi penonton yang memberikan atensi penuh pada film.

Namun, dengan karakter-karakter yang kuat, tentu saja, penonton akan kembali fokus pada jalan cerita dan penampilan para aktor di dalamnya.

Selain Jefri Nichol dan Tiara Andini, terdapat pula aksi yang mencuri perhatian dan turut mendulang tawa audiens. Misalnya saja Indy Barends sebagai Ratih (ibu Gian), Surya Saputra sebagai Yudha (ayah Gian), dan Jaja Mihardja sebagai resepsionis hotel.

Meski tidak memiliki porsi yang banyak di cerita maupun film, penampilan mereka agaknya menjadi bumbu tersendiri yang rasanya terus membekas.

Dari sisi audio, film diisi dengan lagu-lagu tema resmi "My Sassy Girl". Ada "Terbiasa Sendiri" yang dibawakan Petrus Mahendra. Terdapat pula "365" yang dibawakan Tiara Andini dan "Kagum" yang dibawakan Raja Giannuca.

"My Sassy Girl" tayang di bioskop Indonesia mulai 23 Juni 2022.
 

Halaman :