Temuan menarik lain dari penelitian ini adalah bahwa risiko yang terkait dengan tato tidak sama di semua desain.
Individu dengan tato lebih besar, yang ukurannya lebih besar dari telapak tangan, punya risiko kanker yang lebih tinggi.
Selain itu, semakin lama tato berada di tubuh, semakin besar pula risikonya.
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak tinta yang terkumpul di kelenjar getah bening, yang selanjutnya dapat meningkatkan kemungkinan kanker kulit dan kelenjar getah bening.
"Kami dapat melihat partikel tinta terkumpul di kelenjar getah bening, dan kami menduga tubuh menganggapnya sebagai zat asing," kata kata Henrik Frederiksen, salah satu penulis hasil studi.
"Ini bisa berarti sistem imun terus-menerus berusaha merespons tinta, dan kami belum tahu apakah strain yang terus-menerus ini dapat melemahkan fungsi kelenjar getah bening atau menimbulkan konsekuensi kesehatan lainnya," katanya.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami fungsi kelenjar getah bening pada tingkat molekuler dan apakah jenis limfoma tertentu lebih terkait dengan tato daripada yang lain.