SHARE

Malaysian Petroleum Club (Hani White)

Pada Rabu (7 Februari 2018) saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Malaysian Petroleum Club. Dr. Zakaria dan Suguna adalah host kami. Saya, mengajak dua kawan baik dari Amerika Serikat yakni Marita Garret Walikota Wilkinsburg, sebuah kota kecil di dekat Pittsburgh Pennsylvania dan Thomas Dellasio (Tom), President dari Next City, sebuah NGO berpusat di Philadelphia, Pennsylvania.





Saya, Suguna dan Dr Zakaria pertama kali bertemu di acara konferensi yang diadakan oleh MarkPlus, sebuah perusahaan marketing tertua dan terbesar di Indonesia. Pada saat konferensi bulan Desember 2017 tersebut, saya menyebutkan kepada Suguna kalau saya akan ke Kuala Lumpur pada Februari 2018. Suguna langsung menyambut dengan gembira. Suguna adalah warga Malaysia keturunan India, mempunyai tiga anak perempuan, anak pertama kuliah di India, anak kedua kuliah di Inggris, dan anak ketiga sekolah di Malaysia. Suguna mempunyai sekolah politeknik yang muridnya berjumlah tiga ratus lima puluh orang.



Setiba saya di Kuala Lumpur, langsung saya menghubungi Suguna, dan WhatsApp saya dibalas dengan undangan makan malam di Malaysian Petroleum Club (MPC) di Petronas Twin Towers di Kuala Lumpur.

Tahun 2009, pertama kali saya dan anak saya, Zuhdi berkunjung ke Kuala Lumpur dan kami berkunjung ke Twin Towers ini sebagai turis. Kami bahkan sempat ke jembatan yang menghubungkan kedua tower dan mengambil banyak foto. Kali ini sedikit berbeda dan luar biasa, karena kami dijamu oleh mantan petinggi Petronas (Dr Zakaria) yang merupakan anggota dari klub eksklusif MPC.

Setibanya saya di lobi tower nomor 2, kami harus mendaftarkan diri di meja resepsionis untuk mendapatkan kartu pass ke MPC. Betapa malu dan terkejutnya, saya ternyata tidak boleh naik ke MPC di lantai 42 karena saya menggunakan sepatu olah raga. Suguna lupa memberitahu saya kalau klub eksklusif ini hanya memperbolehkan tamu memakai “dress shoes”, tidak boleh pakai sepatu jogging, apalagi sandal jepit :).

Melalui negosiasi yang memakan waktu hampir 15 menit, akhirnya kami diperbolehkan naik ke lantai 42. Menggunakan lift yang super cepat, perjalanan ke lantai tersebut hanya memakan waktu beberapa detik. Pada saat kami menunggu lift, Tom adalah seorang arsitek dan dia menunjukkan kekaguman kepada gedung twin towers ini. Mulai dari detail dindingnya sampai keindahan jendela-jendelanya.



Suguna juga menjelaskan kalau twin towers ini dibangun oleh dua kontraktor yang berbeda. Tower satu dibangun oleh kontraktor dari Jepang, tower dua dibangun oleh kontraktor dari Korea. Cara membangunnya pun berbeda. Kontraktor dari Korea menggunakan sistem Lego, mereka membuat bagian bagian gedung secara terpisah lalu dibawa bagian-bagian tersebut ke Kuala Lumpur dan dipasang secara berurutan seperti membangun mainan Lego. Sementara kontraktor Jepang menggunakan sistem konvensional.



Sesampainya kami di MPC kami disambut oleh manajernya dan menawarkan kami untuk mengunjungi “sky bridge”: jembatan yang menghubungkan antara tower satu dan dua. Sang manajer ini menjelaskan kalau jembatan ini sebenarnya tidak menempel secara struktural di kedua tower, jembatan ini berfungsi sebagai stabilizer. Kedua tower ini bergerak dari waktu ke waktu karena terpaan angin dan pengaruh cuaca lain, maka jembatan inilah yang menjadi perekat supaya kedua tower ini bergerak sebatas posisi aman.



Sang manajer juga menjelaskan kalau kami berada di lantai dua jembatan. Dimana hanya orang tertentu mempunyai akses seperti para petinggi Petronas, para pejabat penting di pemerintahan Malaysia, tamu-tamu negara dan juga termasuk anggota MPC dan tamunya. Di langit-langit dari jembatan ini juga ada lensa cembung yang apabila seseorang berdiri di posisi yang tepat, maka ujung dari kedua tower Petronas bisa dilihat secara bersamaan. Petronas juga sedang membangun tower tiga, empat dan lima yang mana tidak setinggi tower satu dan dua.



Setelah mengunjungi jembatan sky bridge, kami langsung menuju dining room melalui tangga spiral dan kami duduk dengan pemandangan gedung AmBank. Dr Zakaria memesan nasi goreng kampung, sate ayam, club sandwich, Indian Mee goreng dan kangkung belacan, Marita memesan sop buntut, Tom memesan noodle soup, saya memesan udang sambal. Kami berbagi makanan dan semuanya lezat.



Kami memutuskan untuk tidak memesan dessert/makanan penutup karena saya membawa tiga jenis buahan khas daerah tropis ASEAN untuk spesial “show and tell” untuk Tom dan Marita. Ketiga buah tersebut adalah rambutan, manggis dan jambu air. Untuk kita, orang Indonesia dan Malaysia, we take these fruits for granted. Tapi untuk Tom dan Marita, ini adalah pengalaman pertama kali dalam hidup mereka. Keduanya terkesima saat saya membuka rambutan dan di dalam buah berambut warna merah, ada daging putih yang sangat manis. Lalu Suguna menjelaskan tentang manggis, dimana kelopak kecil di bawah buah manggis akan mencerminkan jumlah daging di dalamnya, juga kulit buah manggis yang mempunyai banyak khasiat kesehatan termasuk antioksidan dan anti kanker.



Lalu jambu air yang rasanya manis, seperti perpaduan antara apel dan pir. Sayang sekali Tom tidak bisa mencoba jambu karena dia alergi terhadap buah pir. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr Zakaria dan Suguna. Dan kami mengakhiri malam itu dengan menyaksikan pertunjukan musik air mancur di depan gedung Petronas. What a wonderfull night we had! Alhamdullilah.



- Hani White (Diaspora Indonesia yang tinggal di Philadelphia, Amerika Serikat)

Twitter: @hani_white

Instagram: @haniwhite