SHARE

Tim Indonesia SMP (ditpsmp)

CARAPANDANG.COM - Ajang kompetisi karate internasional The 3rd Open International De Karate De La Province De Liege di Herstal, Belgia dihelat pada 14 s.d. 20  November 2018. Kompetisi ini diikuti oleh 1.109 peserta dari 24 negara. Beberapa negara yang ikut serta diantaranya Indonesia, Belgia, Belanda, Luxemburg, Prancis, Portugal, Rumania, Swedia, Togo, Ukraina, Inggris Raya.

Seperti biasa dalam event karate internasional, tantangan yang dihadapi atlet Indonesia berasal dari karateka Eropa.

“Untuk pertandingan di sana sangat kompetitif, anak Indonesia bisa bermain dengan anak-anak dari Eropa, terutama dari Kumite -45 kg atas nama Komang dari Bali, dia bisa meraih medali emas. Walaupun lawan-lawannya lebih tinggi dan lebih besar dari sisi posturnya. Untuk Kata kita lebih unggul dari negara-negara Eropa karena kita memang fokus di Kata. Hasilnya bisa meraih 2 emas,” kata pelatih Tim Indonesia Tingkat SMP, Ade Indra di Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (21/11/2018).

Pada The 3rd Open International De Karate De La Province De Liege secara keseluruhan Indonesia berada di peringkat 4 dengan perolehan 10 medali emas, 5 medali perak, 5 medali perunggu. Lalu bagaimanakah strategi untuk menghadapi karateka-karateka dari Eropa?

“Di bawah usia 14 tahun kita mengandalkan tangan, karena orang Eropa kan tinggi-tinggi, kita ambil poin-poin yang di bawah perut aja. Sasaran perut, untuk kaki kita berat. Mereka lebih tinggi, kita nggak nyampe kakinya. Kumite mereka lebih tinggi. Untuk Belgia, Prancis, posturnya lebih tinggi, jadi untuk poin-poinnya jangkauannya lebih jauh, lebih tinggi dari kita. Untuk tangan, dengan kecepatan anak-anak bisa meraih poin,” jelas Ade Indra yang telah berpengalaman melatih para atlet muda untuk berkiprah di kompetisi karate internasional.

Tantangan dari Tim Indonesia Tingkat SMP tak sekadar postur dari lawannya yang lebih tinggi, tapi juga dalam proses aklimatisasi.

“Untuk kondisi di sana sangat dingin sekali. Jadi kita begitu nyampe, anak-anak merasa kurang kondusif untuk berlatih. Dengan berlatih suhu di bawah 3 derajat mereka belum bisa maksimal latihannya,” terang Ade Indra seperti dilansir situs ditpsmp.