SHARE
1 / 3
2 / 3
3 / 3

istimewa

Penonton langsung disambut dengan kepingan misteri pertama dari kisah si pembunuh gaib ini. Pengambilan gambar yang "aneh" diiringi dengan audio pendukung, dengan sempurna menyusun atmosfer menegangkan film ini.

"Candyman" sendiri bukanlah film yang benar-benar baru. Faktanya, ini merupakan sekuel dari film pertama dengan judul sama di tahun 1992.

Digarap oleh sutradara Bernard Rose, film ini dinilai bersejarah, karena merupakan film horor besar pertama di Amerika Serikat yang menampilkan seorang pria kulit hitam sebagai karakter tituler dan antagonis utamanya.

Film ini pun diangkat berdasarkan cerita pendek "The Forbidden" karya Clive Barker, yang mengikuti seorang mahasiswi pascasarjana kulit putih, Helen Lyle (Virginia Madsen), yang sedang meneliti tesisnya tentang legenda urban.

Dia tertarik pada mitos yang telah bertahan dalam pembangunan perumahan Cabrini-Green yang terkenal di Chicago.

Di sekitar Cabrini-Green, orang percaya, jika Anda menyebut nama Candyman ke cermin lima kali, dia akan muncul untuk membunuh si pemanggil.

Saat penelitian Helen berlanjut, kematian mengerikan mengikutinya dan dia mengungkap kisah asal di balik legenda; bahwa seorang seniman kulit hitam abad ke-19, Daniel Robitaille (Tony Todd), jatuh cinta dengan seorang wanita kulit putih muda yang dia lukis. Untuk kejahatan ini, massa menyiksa Robitaille hingga tewas.

Mereka memotong tangannya, mengolesinya dengan madu dan melepaskan segerombolan lebah ke arahnya sebelum membakarnya hidup-hidup. Abunya disebar di tempat yang saat itu menjadi lokasi pengembangan Cabrini-Green. Hantunya telah meneror warga sejak saat itu.

Lalu, apa yang berbeda dengan intepretasi DaCosta dan Peele? Satu yang paling mencolok tentu adalah pendekatan sinematik dan visual yang begitu memanjakan mata.

Sutradara DaCosta dengan apik memberikan nuansa dan tone yang bisa dibilang tidak jauh berbeda dengan film originalnya dua dekade lalu, namun, tetap khas karena memiliki elemen modern.

Terdapat pula visualisasi dengan animasi selayaknya wayang yang hadir untuk mengisahkan kejadian di masa lalu. Pengemasan ini menjadi media penceritaan yang cukup menarik.
 

Halaman :