SHARE

Ilustrasi

CARAPANDANG.COM - Harga emas menguat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), berhasil menembus level psikologis 1.800 dolar AS, karena penurunan imbal hasil obligasi AS dan berlanjutnya kekhawatiran tentang inflasi mengangkat aset-aset safe-haven menjelang pertemuan bank-bank sentral utama minggu ini.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, bertambah 10,5 dolar AS atau 0,58 persen, menjadi ditutup pada 1.806,80 dolar AS per ounce. Ini adalah penyelesaian tertinggi emas dalam hampir enam minggu.

Akhir pekan lalu, Jumat (22/10/2021), emas berjangka terangkat 14,4 dolar AS atau 0,81 persen menjadi 1.796,30 dolar AS per ounce, setelah tergelincir 3 dolar AS atau 0,17 persen menjadi 1,781,90 dolar AS pada Kamis (21/10/2021), dan melonjak 14,4 dolar AS atau 0,81 persen menjadi 1.784,90 dolar AS pada Rabu (20/10/2021).

"Alasan utama untuk reli ini adalah bahwa imbal hasil sedikit mundur ... tetapi harga masih berada dalam kisaran terbatas," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Namun demikian, penguatan indeks dolar AS dan kenaikan ketiga indeks utama saham AS agak membatasi kenaikan emas.

“Kami memiliki banyak hal yang terjadi minggu ini dalam hal laporan laba dan data. Mungkin ada situasi di mana inflasi akan berdampak pada laba dan Federal Reserve menyadari hal itu dan dengan demikian akan dipaksa untuk melakukan tapering.”

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan turun ke terendah sesi di 1,6200 persen, mengurangi peluang kerugian memegang emas tanpa suku bunga.

Emas turun dari tertinggi September pada Jumat (22/10/2021) setelah Ketua Fed AS Jerome Powell menegaskan kembali pandangannya bahwa inflasi yang tinggi kemungkinan akan berkurang tahun depan dan mengatakan bank sentral AS harus mulai mengurangi pembelian asetnya segera.

Halaman :
Tags
SHARE