SHARE

Dr. Nurhidayat

CARAPANDANG.COM - 25 Juni 2020 nelayan Aceh menyelamatkan 94 pengungsi asal Rohingya yang hampir saja tenggelam di laut Aceh. Mereka terdiri dari 15 orang laki-laki, 49 perempuan dan 30 orang anak-anak. 

Pelajaran penting yang diberikan masyarakat Aceh kepada bangsa Indonesia adalah bagaimana mereka menjadi seorang Pancasilais. Mereka telah membuktikan rasa kemanusiaan sebagai pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa.

Inilah yang digelorakan Bung Karno Presiden Indonesia pertama berpidato pada tanggal 30 September 1959 di Gedung PBB, New York, Amerika Serikat. Pidato yang berjudul To Buid The World A New (Membangun Dunia Kembali). 

Pidato yang diawali dengan membaca ayat Al-quran surat Al Hujurat ayat 13: Hai, sekalian manusia, sesungguhnya Aku telah menjadikan kamu sekalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan, sehingga kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu sekalian kenal-mengenal satu sama lain. Bahwasanya yang lebih mulia diantara kamu sekalian, ialah yang lebih taqwa kepadaKu.

Bung Karno dengan mengutip ayat tersebut mengatakan kepada dunia bahwa membangun dunia harus dengan menghormati nilai kemanusian yang menjadi inti Pancasila. Hancurnya dunia sebagai dampak dari berperang diakibatkan oleh terkikisnya nilai kemanusiaan. 

Mengikisnya nilai kemanusiaan dunia saat ini terlihat dari ketidakadilan dan perlakuan dunia terhadap etnis Rohingya yang semakin memprihatinkan. Sehingga apa yang dilakukan masyarakat Aceh yang saling bahu membahu menolong pengungsi Rohingnya membuktikan masih kokohnya nilai kemanusiaan yang dimiliki masyarakat Aceh. 

Masyarakat Aceh menyuarakan kepada bangsa Indonesia akan pentingnya nilai kemanusiaan sebagai inti dari Pancasila. Menjadi seorang Pancasila adalah menghargai keberadaan orang lain tanpa mengatakan diri saya sebagai seorang Pancasilais. 

Masyarakat Aceh memberi pelajaran kepada bangsa Indonesia bahwa menjadi seorang Pancasilais tidak ditentukan oleh pendidikan tinggi, kedudukan tinggi tapi mencintai dengan rasa kemanusiaan bagi siapapun tapa membedakan ras, agama dan etnis tertentu anda adalah Pancasilsis sejati. [*]

Oleh: Nurhidayat
Dosen di  Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta  (UMJ) dan Dai Ambasador Dompet Dhuafa. 


Tags
SHARE