Rusna mulai terlibat dalam tenun Sambas sejak berusia 15 tahun. Dia juga pernah bekerja sebagai penenun di Kampung Air, Brunei Darussalam, bersama warga setempat yang secara bergantian bekerja sebagai penenun di Brunei. Mereka membuat motif khas Brunei dengan menggunakan teknik tenun Sambas.
Hingga kini, penenun kain Sambas masih menggunakan peralatan tradisional, sehingga waktu yang terpakai lebih lama dibandingkan mesin. Inilah yang membuat sehelai kain tenun Sambas dijual sangat mahal. Harganya pun sangat bervariasi, tergantung pada jenis kain, bahan yang digunakan, dan motifnya. Kain tenun biasa dibanderol sekitar Rp1.500.000 hingga Rp1.800.000 per sepasang kain dan selendang. Sementara untuk tenun berbahan katun, harganya mencapai Rp2.500.000 dan yang terbuat dari sutra bisa mencapai Rp3.500.000 hingga Rp5.000.000.
“Sering kali, para perancang mode dari Jakarta memesan kain tenun Sambas. Mereka datang langsung ke Desa Sumber Harapan dan memesan motif tertentu,” tambah Rusna, yang selain menjadi perajin tenun juga mengelola pertanian padi dan kebun karet. dilansir indonesiakaya.com