Seorang anak perempuan Palestina yang dievakuasi dari Rumah Sakit Al-Ahli Arab menjalani perawatan di rumah sakit lapangan milik Perhimpunan Bulan Sabit Merah Kuwait (Kuwait Red Crescent Society) di Gaza City pada 15 April 2025. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)
"Setelah hancurnya Rumah Sakit Al-Ahli Arab, kami terpaksa memindahkan operasional kami ke tenda-tenda," ungkap Mohammed Abu Salmiya, direktur Rumah Sakit Al-Shifa, kepada Xinhua. "Tekanannya sangat besar."
Pasien-pasien yang terluka kini memadati halaman Al-Shifa. Lalat mengerumuni luka-luka yang terbuka karena buruknya sanitasi, sementara udara menebarkan bau amis darah bercampur antiseptik.
"Arus masuk pasien yang terluka membuat sistem layanan kesehatan Gaza yang sudah kolaps menjadi sangat kewalahan," tutur Abu Salmiya. "Para dokter bekerja tanpa henti, namun situasinya sangat buruk ... Kami kehabisan semuanya, anestesi, alat steril, obat-obatan dasar."
Menurut Marwan al-Hams, kepala rumah sakit lapangan di Gaza, serangan-serangan Israel telah menghancurkan sektor kesehatan Gaza.
"Kami tidak mampu melaksanakan 83 persen prosedur ortopedi dan 73 persen pembedahan umum," katanya kepada Xinhua. "Lebih dari 80 persen rumah sakit kami kini antara separuh beroperasi atau sama sekali tidak beroperasi."