CARAPANDANG – Ketua Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ), Muhammad Rezky, menjelaskan fenomena gerhana bulan total atau blood moon. Menurutnya, warna merah bulan dipengaruhi cahaya matahari yang dibelokkan oleh adanya atmosfer bumi.
Rezky menyebut, cahaya matahari tidak menembus bumi secara langsung, tetapi melewati atmosfer terlebih dahulu. Gas-gas yang ada di atmosfer menghamburkan cahaya, terutama warna biru yang kemudian tersaring.
“Warna merah muncul karena cahaya biru lebih dulu terhamburkan oleh partikel atmosfer. Sisa cahaya kemerahan akhirnya mengenai permukaan bulan,” ujarnya dalam gelar bicara di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Minggu (7/9/2025).
Ia menambahkan, proses ini membuat bulan tampak jingga hingga merah darah saat fase totalitas. Fenomena ini sekaligus menunjukkan peran atmosfer dalam membiaskan cahaya dari matahari.
“Bloodmoon menjadi bukti nyata interaksi antara cahaya matahari dengan atmosfer bumi. Hasilnya bisa dinikmati langsung dengan mata biasa,” ucapnya.
Rezky menegaskan, penjelasan ilmiah itu penting agar masyarakat tidak terjebak mitos. Ia menambahkan, fenomena ini murni peristiwa astronomi yang dapat dipelajari secara ilmiah.