SHARE

Foto: Antara

Junjung sportivitas

Insiden di ring tinju pada Jumat 8 Oktober lalu adalah contohnya, ketika petinju DKI Jakarta Jil Mandagi dipukuli di luar ring tinju setelah mengungkapkan ketidakpuasannya atas keputusan juri saat melawan petinju Nusa Tenggara Timur Luki Mira Agusto Haru dalam kelas 52-56kg putra.

Insiden ini terjadi dua hari setelah keputusan kontroversial yang memaksa Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PP Pertina) Komaruddin Simanjuntak naik ring untuk menenangkan ofisial dan penonton setelah petinju tuan rumah Hana Kendi dinyatakan menang angka atas petinju Papua Barat Merlin Tomalata dalam babak penyisihan kelas terbang ringan putri.

Jil membanting pintu dan menendang spanduk pembatas ring sampai pecah. Tindakannya membuat marah relawan pelaksana pertandingan yang seharusnya berkepala dingin. Walaupun insiden ini sudah diselesaikan baik-baik, namun tetap harus menjadi catatan besar yang harus diperhatikan selama PON ini agar tak terulang, baik dalam sisa PON ini maupun pada PON mendatang.

Pertina sendiri sudah membuat keputusan tegas dengan mengistirahatkan tujuh wasit dan hakim sampai hari kelima kompetisi tinju PON Papua.

Tapi kontroversi terus terjadi. Salah satunya pada bina raga ketika kontingen Jawa Timur merasa dicurangi. Pelatih kepala bina raga Jawa Timur Raja Siahaan mengungkapkan banyak kecurangan yang terlalu kentara dalam final di Auditorium Universitas Cenderawasih kemarin.

"Keputusan dewan juri pada pertandingan itu merugikan tim Jawa Timur. Misalnya atlet kami Misnadi yang sebenarnya sudah mendapat medali dalam kelas 70 kg, saat akan naik panggung untuk menerima medali tahu-tahu namanya tidak dipanggil," kata Raja.

Kecurangan lain bahkan membuat Jawa Timur sampai mengembalikan dua medali perunggu bina raga kelas 65 kg dan 80kg yang diraih dua atletnya, Kariyono dan Komara Ditayana.

Halaman :
Tags
SHARE