SHARE

istimewa

CARAPANDANG.COM - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengajak guru agama sebagai ujung tombak moderasi beragama, mewaspadai wabah intoleransi, dan radikalisme di sekolah.

Hal itu disampaikan Moeldoko saat menerima pengurus DPP Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII), di Gedung Bina Graha, Jakarta, Rabu.

“Ini harus diwaspadai bersama, terutama oleh para guru agama yang punya posisi strategis sebagai ujung tombak dalam moderasi beragama melalui pembelajaran dan pendidikan agama secara komprehensif,” ujar Moeldoko.

Moeldoko menegaskan pendidikan keagamaan tidak boleh terjebak pada doktrin dan simbol yang bersifat normatif, melainkan harus mengakomodasi substansi agama dalam perspektif yang universal seperti ajaran tentang toleransi, kebaikan, akhlak budi pekerti, dan kejujuran sehingga pola pikir anak didik semakin terbuka terhadap ideologi dan komitmen beragama.

“Pembelajaran yang normatif ditambah dengan doktrin-doktrin keagamaan yang tak terkontrol dapat membuat cara pikir satu arah sehingga anak didik tidak mau menerima masukan, bahkan perbedaan,” ujar Moeldoko.

Ia menyebut sekolah menjadi lembaga publik yang sangat tepat untuk menjelaskan makna serta pentingnya kemajemukan dan tenggang rasa antarsesama karena sekolah merupakan pola pikir sekaligus pola interaksi anak yang heterogen mulai hadir dan terbentuk.
 

Halaman :