SHARE

Istimewa

CARAPANDANG - Sang surya siang itu menunjukkan kuasanya.

Cahayanya menusuk mata dipadukan dengan hawa panas yang menyengat.

Semua orang memakai pakaian alat pelindung diri (APD) lengkap dengan helm dan sepatu bot. Mereka lalu lalang, sibuk berbincang dan mengabadikan momen.

Sesekali ada yang terlihat mengibaskan telapak tangan kanan ke wajah dan leher sendiri karena kegerahan. Ada juga yang mengabaikan keringat bercucuran di kening.

Begitulah suasana di Rig PDSI.49.2PD550-M, Lapangan Duri, Pekan Baru, Riau, Senin (8/9).

Mereka yang dimaksud adalah jajaran anak perusahaan Pertamina yakni PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) beserta para awak media yang sedang berkunjung ke sumur minyak itu.

Di tengah hiruk pikuk suasana itu, Muhammad Dicky Noverwan (33) hanya terdiam di luar kerumunan.

Dia tidak larut dalam suasana meriah kunjungan awak media.

Dari jauh dia hanya memantau beberapa pegawai yang sedang bekerja, sesekali berjalan pelan mengarah ke mesin rig atau alat pengeboran.

Kaca mata hitamnya pun terpajang menghiasi bola mata demi melawan matahari. Handy talkie (HT) di bahu sebelah kirinya berisik.

Komunikasi dengan beragam kode tergambar jelas di HT tersebut. Namun Dicky bergeming, tidak menjawab balik rekannya menggunakan HT.

Itulah tugas Dicky sebagai "tool pusher" atau nama mudahnya adalah mandor pekerja di lokasi tersebut.

Dia harus memastikan seluruh operasional pekerjaan berjalan dengan lancar. Dari mulai mengatur shif pekerja hingga memastikan mesin berjalan selama 24 jam.

Mesin tersebut harus tetap berjalan agar bisa menghasilkan ratusan hingga ribuan barel minyak per hari.

Halaman :
Tags
SHARE