Nicolas mengaitkan dua putaran gelombang panas tersebut dengan sistem tekanan tinggi yang persisten atau "kubah panas" yang menjebak udara hangat dan meningkatkan suhu permukaan di bawah langit yang cerah dan kondisi kering.
Gelombang panas laut yang belum pernah terjadi sebelumnya di Mediterania barat turut menambah intensitas suhu panas. Pada 30 Juni, rata-rata suhu permukaan laut mencapai 27 derajat Celsius, tertinggi untuk bulan itu, dengan anomali harian 3,7 derajat, terbesar yang pernah diukur pada bulan apa pun, menurut C3S.
Nicolas menyebutkan bahwa Laut Mediterania tetap menjadi "titik panas perubahan iklim," dengan tren pemanasan jangka panjang yang lebih cepat dan persisten. Pada 2024, seluruh cekungan mencatat rekor suhu laut selama akhir musim panas, terutama pada Agustus. Namun, tahun ini anomali muncul lebih cepat dan terkonsentrasi di Mediterania barat.
Kondisi ini mengintensifkan gelombang panas, terutama pada malam hari, yang menyebabkan lebih banyak "malam tropis," yaitu ketika suhu tercatat di atas 20 derajat Celsius, tambah Nicolas.
Seorang wanita menyejukkan diri dengan kipas di sebuah jalan di Brussel, Belgia, pada 30 Juni 2025. (Xinhua/Gao Yi)
"Malam tropis menimbulkan risiko kesehatan serius," kata Nicolas, seraya menambahkan bahwa suhu tinggi pada malam hari dapat mengganggu tidur dan mencegah tubuh untuk pulih dari udara panas pada siang hari.