Hal itu diharapkan dapat meningkatkan kualitas kain tenun agar sesuai dengan standar ekspor global, terutama untuk pasar seperti Jepang yang mengutamakan warna alami dan daya tahan tinggi.
“Selain peningkatan pendapatan, program ini juga memperkuat kapasitas produksi dan memperluas jangkauan pasar, menjadikan kain tenun NTT sebagai produk ekspor yang tidak hanya bernilai budaya tinggi, tetapi juga berdaya saing global,” tambah Aziz.
LPEI mencatat terdapat 1.909 Desa Devisa yang tersebar di 18 provinsi dengan nilai ekspor mencapai Rp123,9 miliar hingga Maret 2025. Program ini melibatkan lebih dari 180.000 penerima manfaat.
Komoditas unggulan yang diangkat meliputi kopi, kakao, kain tenun, batik, rempah, hasil laut, dan produk turunan kelapa. dilansir antaranews.com